Translate

Selasa, 03 Desember 2013

Case Studies Patient Hypertension + DM Tipe 2

Wanita 76 th mengalami komplikasi Hipertensi dan DM tipe 2. Pasien juga memilikinpenyakit Artery Perifer dan edema ekstrimis bawah. TD sistolik 140-200 mmHg, TD diastolik 70-104 mmHg. BB pasien 60 kg, BMI 32. Pasien mendapatkan terapi:
-. Metoprolol 50 mg 2 x 1
-. Triamteren 37,5 mg / HCT 25 mg 1 x 1
-. Furosemid 40 mg 1 x 1
-. Olmesartan 20 mg malam hari
-. Metformin 1 g 2 x 1
-. Clonidin 0,2 mg 4 x 1
-. Aspirin 80 mg 1 x 1
-. Clopidogrel 75 mg 1 x 1
-. Ezetimibe 10 mg / Simvastatin 40 mg 1 x 1
Sekalipun sudah menggunakan obat ini TD pasien masih tetap tinggi.
Selama 4 minggu terakhir pasien mendapatkan Metoprolol yang ditambahkan pada rejimen tsb, namun kadar glukosa darah pasien mengalami kenaikan 186 mg/dl, padahal pasien memamtuhi dietnya. Pasien juga mengalami keluhan sakit kepala dan wajah berwarna kemerahan.
Jelaskanlah Farmakoterapi pada pasien ini, apakah rasional, adakah DRP yang terjadi? Terapi apakah yang paling tepat untuk pasien ini sesuai dengan keluhan dan riwayat penyakit pasien?

Jawab :

(Tolong dikoreksi jika ada salah)

1. Farmakoterapi pada pasien ini?
a. Penggunaan Metoprolol sebagai Beta-Bloker pada pasien Hipertensi dan DM Tipe 2 dibolehkan karena       merupakan pilihan pertama untuk kontrol hipertensi.(Haffner SM et al N Engl J. Med 1998). dosisnya           100-450 mg / hari dalam dosis terbagi.
2. Triamteren/HCT yang merupakan obat golongan diuretik tiazid pada pasien ini merupakan pilihn utama         dengan kombinasi antihipertensi lain, termasuk Beta Bloker, ARBs, ACE Inhibitors, atau CCBs. Dosisnya     150-250 dalam dosis terbahi.
3. Penggunaan Furosemid (loop diuretik) dihilangkan kerena dapat menyebabkan keparahan hipernatremia.
4. Penggunaan Olmesartan (Golongan ARBs) diganti dengan Irbesartan alasannya karena selain Irbesartan       sebagai antihipertensi, juga mampu menghambat progresifitas nefropati diabetika, mikroalbunirea,                 proteinuria, pada penderita DM (Australian Medicinal Handbook, 2006). dosisnya 75 - 300 mg/hari.
5. Metformin, yang merupakan pilihan pertama untuk penyakit DM tipe 2. Dosisnya 2 g/hari dalam dosis           terbagi.
6. Penggunaan Clonodin (alfa bloker), tidak direkombinasikan pada pasien geriatri karena dapat                      menyebabkan pingsan dan jatuh. Diganti dengan ACE Inhibitors (Lisinopril) dengan Dosis 10 mg/hari.          Alasanya penggunaan Lisinopril dan HCT dapat menurunkan secara signifikan TD sistolik dan TD diastolik    (The role of ARB in hypertension. Br J. cardiol.2003).
7. Aspirin yang merupakan NSAID dan Antiplatelet tetap diberikan karena dapat membantu pencegahan         obstruksi dari koroneri arteri, Jika mengalami serangan jantung. Dosisnya 75-300 mg/hari.
8. Clopidogrel, sebagai antiplatelet untuk terapi angina pectoris, terjadi interaksi sinergis dengan Aspirin.           Dosisnya 75 - 325 mg/hari.
9. Ezetimibe/Simvastatin sebagai terapi atherogenic dislipidemia(antihiperkolesterol).
   Ezetimibe diganti dengan Gemfibrozil, alasannya obat golongan Fibrat dapat mengurangi kejadian coronary    major sedangkan Statin mengurangi Apo-B. Dosisnya 10 mg 1 x 1 pada malam hari untuk Simvastatin dan    dosis Gemfibrozil 300 mg 2 x 1 sehari (pagi dan siang).
10. Penambahan obat untuk antihipertensi dengan CCB, yaitu Amlodipin, alasannya ARB dan CCB untuk         mendapatkan efek sinergis di dalam CCB menyebabkan arteriodilatasi tampa disertai venodilatasi, dengan    adanya ARB menyebabkan venodilatasi maka tekanan vena dan arteri akan sama sehingga edema perifer      tidak terjadi (The role of ARB in hypertension. Br J. cardiol.2003).    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar